RSS

27 Juni 2011

Takdir Bumi

INILAH.COM, Jakarta – Jika manusia bisa bertahan dari kekeringan 90 tahun dan konsekuensi menakutkan perubahan iklim, maka takdir Bumi hanya satu. Seperti apa nasib Bumi?
Jika obat antitua pun berhasil dikembangkan dan membuat manusia bisa hidup miliaran tahun, maka pada akhirnya Bumi akan terpanggang bersama penghuninya. Saat matahari masuk fase raksasa merah, Bumi otomatis akan terpanggang dan menguap.
Ada satu lagi kemungkinan alami lainnya, kesempatannya sekitar 1:100.000. Yakni, di saat matahari mulai kehilangan massanya, maka gravitasi yang ‘mencengkeram’ planet hunian manusia ini pun turut menghilang.
Alhasil, Bumi akan hilang di luar angkasa menjadi planet tak bermatahari yang bergerak tanpa tujuan di malam gelap dan dingin. Saat itu juga, manusia yang ada akan membeku.
Menurut penulis sains senior Robert Roy Britt, terdapat beberapa ide cemerlang menjaga agar spesies manusia terus ada.
Termasuk, pindah ke Mars atau planet lain saat manusia berhasil mengembangkan teknologi yang tepat untuk itu. Atau, secara teori, manusia bisa ‘menarik’ sebuah asteroid dan menggunakan gravitasinya untuk mendorong Bumi ke lingkar orbit yang lebih jauh dari matahari.
Menurut penulis senior ini, bulan tak bisa diharapkan. Pasalnya, di masa depan nanti, perhitungan menunjukkan, bulan akan hancur dengan sendirinya sebelum Bumi menguap. [mor]

Rahasia Bulan

INILAH.COM, Jakarta – Meski benda langit ini sangat dekat dengan Bumi, terdapat banyak rahasia yang dipegangnya. Rahasia terbesar apa yang dipegang benda langit yang mengorbit Bumi ini?
‘Dekat’ di sini tentunya memiliki konteks relative. Bulatan putih abu-abu di langit Bumi ini berjarak 362 ribu km dari Bumi. Misi menuju bulan tentunya tak mudah, terutama pada misi berawak. Tak ada manusia yang menginjakkan kaki ke bulan sebelum 1972.
Setelahnya, banyak negara di seluruh dunia mulai melakukan riset pada satelit Bumi ini. Misi masa depan oleh robot dan manusia akan membantu memecahkan beberapa teka-teki utama Bulan. Termasuk.
Cara bulan sampai di posisinya sekarang
Para ilmuwan mengaku memiliki ide apa yang sebenarnya terjadi. Banyak garis bukti (inti kecil bulan, unsur tertentu yang saling melengkapi dan simulasi komputer putaran orbital bulan selama ribuan tahun) menunjukkan, bulan lahir dari tabrakan raksasa.
Menurut teori ini, sekitar 4,5 miliar tahun silam, benda seukuran Mars menghantam Bumi yang masih muda dan cair. Materi hasil tabrakan itu pun bergabung menjadi bulan.
Bulan ‘biru’
Terbukti, banyak air berada di luar dan dalam bulan. Hal ini membuat para peneliti mencapai satu kesimpulan. “Makin diperiksa, makin banyak air ditemukan di tempat dan kedalaman yang berbeda,” ujar profesor fisika Neil Comins di University of Maine.
Hasil studi menunjukkan, interior bulan jauh lebih basah dari seharusnya. Pemeriksaan kembali terbaru pada sampel batuan yang dibawa ke Bumi pun memiliki tanda air. “Sebuah pertanyaan terbuka mengenai asal dan distribusi air di bulan,” kata Comins.
‘Terkunci’ Bumi
Bulan ‘terkunci’ Bumi. Artinya, hanya ada satu belahan yang dihadapi bumi. Sisi disebut maria, atau ‘laut,’ magma dingin. Anehnya, maria hampir tak ditemui di sisi belakang bulan, seperti yang diungkap data dari satelit (dan dilihat langsung astronot Apollo 8).
Belahan dingin ini diketahui memiliki kerak yang tebal (15 km) dibanding belahan lain. Hal ini membuat belahan di sisi lain lebih mudah retak akibat serangan meteorit yang melepas pembentuk maria magma kedalaman bulan, kata Comins. Namun, kerak asimetri ini sendiri merupakan teka-teki.

Model yang lebih besar pada interior bulan dan pemahaman yang lebih baik pada kerusakan yang timbul akibat tabrakan bisa membantu menjelaskan ‘dua wajah’ aneh ini.
Kunci keberadaan manusia?
Pada seperempat diameter dan lebih dari 1% massa Bumi, bulan menjadi satelit alami terbesar kelima dalam tata surya. Massa bulan yang cukup dan gravitasinya menstabilkan ‘goyangan’ di sumbu Bumi.
Selain itu, bulan menyebabkan pasang laut di Bumi yang mungkin membantu ‘mengaduk sup purba,’ lanjut Comins lagi. Singkatnya, para astronom bertanya-tanya apakah dunia seperti Bumi butuh bulan besar agar kehidupan bisa berkembang.
Jawabannya pertanyaan itu mungkin berada di planet tetangga, Mars. Planet Merah itu memiliki dua bulan kecil. “Saat manusia ke Mars dan menentukan apakah dan bagaimana kehidupan disana berevolusi. Hal itu akan membantu lebih memahami cara kehidupan terbentuk tanpa bulan,” tutup Comins. [mdr]

Pengikut

KESENDIRIAN

Marilah kita Melihat ke atas : memperoleh semangat untuk maju. Melihat ke bawah : bersyukur atas semua yg ada. Melihat ke samping : smangat kebersamaan. Melihat ke belakang : sebagai pengalaman berharga. ...Melihat ke dalam : untuk instropeksi & Melihat ke depan : untuk menjadi lebih baik ..

gemerlapnya dunia malam

Meta Tag Vs miztalie Poke