Menatap mentari yang berpijar,
Sinarnya terlalu terang,
Dibanding hatiku yang telah redup,
Selama kuberjalan,
Menyisiri setiap tepian hidupku,
Kurasakan kesendirian yang mendalam,
untuk mencari setiap serpihan hasrat,
yang telah menghilang,
Tersapu oleh nasib ragaku,
Berbagai jiwa silih berganti,
Melewati kesunyian,
yang tidak mereka rasakan,
Kini..., dibalik tirai kelamku,
Engkau hadir di tengah kagelapan,
Membawa sebutir sinar kehidupan,
Hatiku membuka lebar,
untuk sinarmu,
yang telah menghangatkan jiwa,
dalam raga yang membeku,
terlapau cepat ku berpaling,
Namun..., hati hanyalah hati,
tak dapat menutupi perasaan,
sungguh ku rasakan,
senyum,sedih hidupmu,
andai saja bisa,
ku kan selalu menjaga sinar senyummu,
meski ku harus melepas nafas terakhirku,
Jika itu senyummu, aku rela,
Namun...,
Dapatkah itu terjadi,
Di setiap waktuku kan selalu menunggumu.
Sinarnya terlalu terang,
Dibanding hatiku yang telah redup,
Selama kuberjalan,
Menyisiri setiap tepian hidupku,
Kurasakan kesendirian yang mendalam,
untuk mencari setiap serpihan hasrat,
yang telah menghilang,
Tersapu oleh nasib ragaku,
Berbagai jiwa silih berganti,
Melewati kesunyian,
yang tidak mereka rasakan,
Kini..., dibalik tirai kelamku,
Engkau hadir di tengah kagelapan,
Membawa sebutir sinar kehidupan,
Hatiku membuka lebar,
untuk sinarmu,
yang telah menghangatkan jiwa,
dalam raga yang membeku,
terlapau cepat ku berpaling,
Namun..., hati hanyalah hati,
tak dapat menutupi perasaan,
sungguh ku rasakan,
senyum,sedih hidupmu,
andai saja bisa,
ku kan selalu menjaga sinar senyummu,
meski ku harus melepas nafas terakhirku,
Jika itu senyummu, aku rela,
Namun...,
Dapatkah itu terjadi,
Di setiap waktuku kan selalu menunggumu.
0 komentar:
Posting Komentar